Jual Beli (Bagian 2)

Rukun Jual Beli

     Jual beli dinyatakan sah apabila memenuhi rukun dan syarat jual beli. Rukun jual beli berarti sesuatu yang harus ada dalam jual beli. Apabila salah satu rukun jual beli tidak terpenuhi, maka jual beli tidak dapat dilakukan. Menurut sebagian besar ulama, rukun jual beli ada empat macam, yaitu:
1. Penjual dan pembeli
2. Benda yang dijual
3. Alat tukar yang sah (uang)
4. Ijab Qabul

Ijab adalah perkataan penjual dalam menawarkan barang dagangan, misalnya: “Saya jual barang ini seharga Rp 50.000,00”. Sedangkan Qabul adalah perkataan pembeli dalam menerima jual beli, misalnya: “Saya beli barang itu seharga Rp 50.000,00”. Imam Nawawi berpendapat, bahwa ijab dan Qabul tidak harus diucapkan, tetapi menurut adat kebiasaan yang sudah berlaku. Hal ini sangat sesuai
dengan transaksi jual beli yang terjadi saat ini di pasar swalayan. Pembeli cukup mengambil barang yang diperlukan kemudian dibawa ke kasir untuk dibayar.

Syarat Sah Jual Beli

     Jual beli dikatakan sah, apabila memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Persyaratan itu untuk menghindari timbulnya perselisihan antara penjual dan pembeli akibat adanya kecurangan dalam jual beli. Bentuk kecurangan dalam jual beli misalnya dengan mengurangi timbangan, mencampur barang yang berkualitas baik dengan barang yang berkualitas lebih rendah kemudian dijual dengan harga barang yang berkualitas baik. Rasulullah saw. melarang jual beli yang mengandung unsur tipuan. Oleh karena itu seorang pedagang dituntut untuk berlaku jujur dalam menjual dagangannya.

Adapun syarat sah jual beli adalah sebagai berikut:
1. Penjual dan pembeli
a. Jual beli dilakukan oleh orang yang berakal agar tidak tertipu dalam jual beli. Allah Swt.berfirman dalam QS. An-Nisaa’ (4):5:

                                           وَلَا تُؤْتُوا السُّفَهَاءَ أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ قِيَامًا 

Artinya: Dan janganlah kamu serahkan kepada orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaan) kamu yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupanmu.(Q.S An-Nisaa’[4]:5)

b. Jual beli dilakukan atas kemauan sendiri (tidak dipaksa). Dalam Surah An- Nisaa’ ayat 29 Allah berfirman:

       يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar) kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. (QS. An-Nisa [4]:29)

c. Penjual dan pembeli sudah baligh atau dewasa, akan tetapi anak-anak yang belum baligh dibolehkan melakukan jual beli untuk barang-barang yang bernilai kecil, misalnya jual beli buku dan koran.

2. Syarat-syarat barang yang dijual
a. Keadaan barang suci atau dapat disucikan.
b. Barang yang dijual memiliki manfaat.
c. Barang yang dijual adalah milik penjual atau milik orang lain yang dipercayakan kepadanya untuk dijual.
Rasulullah bersabda yang artinya : Tidak Sah jual beli kecuali pada barang yang dimiliki. (HR. Abu Daud dari Amr bin Syu’aib)
d. Barang yang dijual dapat diserahterimakan sehingga tidak terjadi penipuan dalam jual beli.
e. Barang yang dijual dapat diketahui dengan jelas baik ukuran, bentuk, sifat dan bentuknya oleh penjual dan pembeli.

3. Ijab Qabul
Ijab adalah pernyataan penjual barang sedangkan Qabul adalah perkataan pembeli barang. Dengan demikian, Ijab Qabul merupakan kesepakatan antara penjual dan pembeli atas dasar suka sama suka. Ijab dan Qabul dikatakan sah apabila memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Qabul harus sesuai dengan ijab
b. Ada kesepakatan antara ijab dengan Qabul pada barang yang ditentukan mengenai ukuran dan harganya
c. Akad tidak dikaitkan dengan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan akad, misalnya: “Buku ini akan saya jual kepadamu Rp 10.000,00 jika saya menemukan uang”.
d. Akad tidak boleh berselang lama, karena hal itu masih berupa janji.

Jual Beli yang Diperbolehkan dan Jual Beli yang Dilarang

Berikut ini adalah cirri-ciri Jual beli yang diperbolehkan dalam Islam:
1. Telah memenuhi rukun dan syarat dalam jual beli
2. Jenis barang yang dijual halal
3. Jenis barangnya suci
4. Barang yang dijual memiliki manfaat
5. Atas dasar suka sama suka bukan karena paksaan
6. Saling menguntungkan

Adapun bentuk-bentuk jual beli yang terlarang dalam agama Islam karena merugikan masyarakat di antaranya sebagai berikut:
1. Memperjualbelikan barang-barang yang haram
2. Jual beli barang untuk mengacaukan pasar
3. Jual beli barang curian
4. Jual beli dengan syarat tertentu
5. Jual beli yang mengandung unsur tipuan
6. Jual beli barang yang belum jelas misalnya menjual ikan dalam kolam
7. Jual beli barang untuk ditimbun

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian dan Hukum Jual Beli