Berhias Diri dengan Akhlak Terpuji

1. Pengertian, dalil, manfaat dan contoh tanggung jawab
a. Pengertian tanggung jawab
     Tanggung jawab adalah berkewajiban menanggung, memikul, menanggung segala sesuatunya dan menanggung akibatnya. Tanggung jawab merupakan kesadaran manusia terhadap tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
   Tanggung jawab merupakan perwujudan dari sifat amanah, artinya dapat dipercaya. Sehingga tanggung jawab bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian hidup manusia bahwa setiap manusia di bebani dengan tangung jawab. Tanggung jawab adalah kewajiban yang harus dilakukan sebagai akibat dari perbuatan yang dilakukan.
    Tanggung jawab menjadi ciri manusia yang beradab. Manusia harus bertanggung jawab karena menyadari akibat baik atau buruk dari perbuatannya. Sikap tanggung jawab harus dibiasakan setiap hari dengan cara:
a. Selalu ingat kepada Allah bahwa segala perbuatan yang dilakukan di dunia akan dimintai pertanggungjawaban
b. Menyadari betapa beratnya amanah yang diberikan kepada manusia
c. Menyadari akibat buruk yang timbul dari sikap tidak bertanggung jawab
d. Berani mengakui kekurangan sendiri
e. Siap menerima resiko apapun dari kesalahan yang dilakukan
b. Dalil tanggung jawab

    Agama Islam memerintahkan kepada manusia agar bertanggung jawab terhadap perbuatannya. Bahkan Allah-pun akan meminta pertanggungjawaban kepada setiap manusia kelak pada hari kiamat terhadap apa yang dilakukan selama hidup di dunia. Allah Swt. berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ

Artinya: Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, (QS. al-Muddatstsir [74]:38).

c. Manfaat tanggung jawab
Sikap tanggung jawab dapat memberikan manfaat kepada pelakunya, antara lain;
1. Dipercaya orang lain
Semakin bertanggung jawab seseorang, maka semakin banyak manusia percaya pada dirinya. Sebaliknya semakin manusia lari dari tanggung jawab orang lain tidak percaya kepada dirinya.
2. Menjadi manusia yang berguna
Dengan tanggung jawab, banyak manusia percaya kepada dirinya. Dan semakin banyak orang percaya maka semakin bermanfaat dirinya kepada orang lain. Ini termasuk ciri manusia yang terbaik, sebagaimana Nabi Muhammad saw. bersabda yang artinya: Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak memberi manfaat bagi orang lain (HR.Bukhari dan Muslim).
3. Memperoleh pahala dari Allah Swt.
Karena tanggung jawab merupakan perintah dari Allah Swt., maka manusia yang melakukan akan memperoleh pahala dari Allah Swt. Berapa banyak pahala yang diterima oleh manusia? Tentu akan sesuai dengan besar atau kecilnya tanggung jawab yang diembannya.

d. Contoh tanggung jawab
     Ada beberapa contoh tanggung jawab. Kalian pasti pernah melakukan. Apakah itu? Coba ingat kembali, misalnya ada seorang anak kecil yang bermain dengan alat-alat permainannya. Setelah selesai bermain, ia diminta oleh orang tua agar menata dan mengembalikan alat-alat bermain di tempat semula. Ketika ada seorang teman kalian meminjam buku perpustakaan, setelah habis batas waktu harus dikembalikan, atau ketika menggunakan buku perpustakaan ada halaman-halaman yang sobek maka ia menggantinya, dan masih banyak lainnya. Ini semua merupakan contoh tanggung jawab.

2. Pengertian, dalil, manfaat dan contoh sifat adil
a. Pengertian adil
    Adil berasal dari bahasa Arab yang berarti berada di tengah-tengah, jujur, lurus dan tulus. Menurut istilah adil berarti suatu sikap yang bebas dari ketidakjujuran. Dengan demikian orang yang adil adalah orang yang berbuat sesuai aturan hukum baik hukum agama, hukum positif (hukum negara) maupun hukum sosial (hukum adat) yang berlaku. Allah Swt. memerintah manusia bersikap adil, sebagaimana firman Allah Swt.

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

Artinya: Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat adil (QS. Al Hujurat [49]: 9).

   Orang yang adil selalu bersikap netral, artinya sikap yang tidak memihak, kecuali kepada kebenaran. Bukan berpihak karena pertemanan, persamaan suku, bangsa maupun agama. Keterpihakan kepada sesuatu yang tidak benar dilarang oleh ajaran Islam. Allah Swt. menegaskan bahwa kebencian terhadap suatu golongan, atau individu, janganlah menjadi pendorong untuk bertindak tidak adil.

    Mengapa Islam menganggap sikap adil sangat penting ? Salah satu tujuan utama Islam adalah membentuk masyarakat yang menyelamatkan, yang membawa rahmat kepada seluruh alam semesta dengan makna: 
     Pertama, seorang muslim harus bersikap adil dan jujur kepada diri sendiri, kerabat dekat, kaya dan miskin. Penilaian, kesaksian dan keputusan hukum hendaknya berdasarkan kepada kebenaran walaupun kepada diri sendiri. 
     Kedua, keadilan adalah milik seluruh umat manusia tanpa memandang suku, agama, status jabatan ataupun tingkatan sosial. Oleh karena itu seorang muslim wajib menegakkan keadilan hukum dalam posisi apapun, baik sebagai hakim, jaksa, polisi maupun saksi. 
    Ketiga, di bidang yang selain persoalan hukum, keadilan bermakna bahwa seorang muslim harus dapat membuat penilaian apa adanya dan kritis kepada siapapun. Mengakui adanya kebenaran, kebaikan dan hal-hal positif yang dimiliki kalangan lain yang berbeda agama, suku dan bangsa dan dengan lapang dada membuka diri untuk belajar secara bijaksana.
b. Dalil tentang adil
Umat Islam wajib mencontoh sikap adil Rasulullah saw. Tekad Rasulullah Saw. terhadap keadilan, sebagaimana dalam ungkapan beliau yang artinya: Seandainya Fatimah binti Muhammad mencuri, maka akan aku potong tangannya (HR. Muslim).
c. Manfaat adil
Seseorang yang bersikap adil akan mendatangkan banyak manfaat, antara lain:
1) Mendatangkan rida Allah
2) Memperoleh keberhasilan dalam hidup
3) Memperoleh kegembiraan batin
4) Disenangi banyak orang
5) Memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat
6) Terwujud masyarakat yang aman, tenteram, dan damai
d. Contoh adil
Banyak sekali contoh adil yang terjadi di sekitar kita. Tahukah kalian dalam hal itu? Masih ingatkah kalian ketika ada teman membuang sampah di sembarang tempat, kemudian ditegur oleh bapak atau ibu guru agar diambil dan dibuang di tempat sampah? Itu adalah bagian dari contoh adil. Karena adil berarti menempatkan sesuatu pada tempatnya.

3. Pengertian, dalil, manfaat dan contoh sifat bijaksana
a. Pengertian bijaksana
Bijaksana artinya selalu menggunakan akal budinya dengan berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya, arif, atau tajam pikiran. Bijaksana dapat berarti pandai dan hati-hati, cermat, teliti, dan sebagainya. Bijaksana adalah suatu kecakapan menggunakan akal budinya apabila menghadapi kesulitan. Bijaksana dapat pula diartikan menyelesaikan masalah berdasarkan kebenaran dan tidak hanya mengikuti keinginan hawa nafsu saja. Umat Islam diperintahkan oleh Allah Swt. agar bersifat bijaksana. Artinya ketika hendak melakukan sesuatu dipikirkan terlebih dahulu dengan cermat agar tidak terjerumus kepada kesalahan. Karena itu, umat Islam tidak boleh bersifat tergesa-gesa karena tergesa-gesa itu perbuatan setan. Dan setan selalu mendorong manusia untuk berbuat buruk. Sehingga setan menjadi musuh bagi manusia. Firman Allah Swt.

إِنَّ الشَّيْطَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوٌّ مُبِينٌ

Artinya: Sesungguhnya setan terhadap manusia musuh yang nyata (QS. Yusuf [12]: 5).

Cara untuk bersikap bijaksana dalam kehidupan sehari-hari dapat dilatih dan ditumbuhkan melalui:
1) Perenungan dengan upaya mengerti dan menghayati pentingnya sikap bijaksana
2) Meniru dari contoh sikap bijaksana yang dilakukan oleh nabi Muhammad saw., seperti: sikap nabi ketika mengembalikan Hajar Aswad ke tempat semula.
3) Mengamalkan dan membiasakan dalam kehidupan sehari-hari

b. Dalil tentang bijaksana
Ada beberapa dalil yang memerintahkan kepada umat Islam untuk bersikap bijaksana, antara lain sebagaimana firman Allah Swt.

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ 

Artinya: Serulah kepada jalan Tuhan kamu dengan hikmah (bijaksana) dan nasihat yang baik dan bantahlah mereka dengan yang lebih baik.... (QS. An-Nahl [16]: 125).
c. Manfaat sifat bijaksana
Umat Islam yang memiliki sikap bijaksana, akan memperoleh manfaat yang banyak sekali, antara lain:
1) Dapat terlaksana suatu undang-undang, karena orang yang bijaksana selalu berbuat sesuai undang-undang sehingga terwujud keselarasan hidup bagi masyarakat
2) Dapat mewujudkan sikap disiplin
Disiplin berarti berbuat sesuai aturan yang berlaku sehingga seseorang yang bijaksana berarti telah bersikap disiplin
3) Dapat menegakkan sesuatu yang haq (benar) karena perilaku bijaksana akan menimbulkan kebaikan dan kebaikan akan menghasilkan kebenaran
4) Dapat melaksanakan kewajiban, karena orang yang bijaksana selalu mengutamakan pelaksanaan kewajiban
5) Dapat mewujudkan sikap adil, karena orang yang bijaksana secara otomatis bersikap adil. Keduanya merupakan sifat yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan.

d. Contoh sifat bijaksana
    Masih ingatkah kalian peristiwa pemberian gelar “al-Amiin” kepada Nabi Muhammad Saw.? Ketika Nabi Muhammad Saw. berumur 35 tahun telah terjadi perombakan banguan Ka’bah oleh pemuka-pemuka quraisy. Namun dalam hal meletakan hajar aswad ke tempat semula, terjadi perselisihan siapa yang lebih berhak meletakan hajar aswad ke tempat semula tersebut. Sehingga terjadilah pertikaian dan pertengkaran dalam persoalan ini. Dalam keadaan demikian, datanglah Rasulullah Saw. dan memberikan ide cemerlang. Nabi berkata, “Bagaimana kalau siapa yang lebih dahulu besok pagi memasuki masjid ini maka dialah yang berhak meletakan Hajar Aswad itu ketempat semula”. Para pemuka Quraisy menyepakati usulan Nabi tersebut. Dan ternyata yang datang pertama kali ke masjid adalah Nabi Muhammad Saw. Berarti Nabi Muhammad Saw. yang berhak memindahkan Hajar Aswad tersebut ke tempat semula.
    Untuk menghindari terjadi permusuhan diantara mereka, Nabi Muhammad Saw. tidak mau memindahkan sendiri. Sebaliknya Nabi Muhammad Saw. mengajak kepada semua pemuka kaum Quraisy itu untuk terlibat. Sehingga Nabi membentangkan kain sorbannya yang berukuran empat persegi tersebut, kemudian diletakan Hajar Aswad diatas serbannya dan disuruh oleh Nabi agar empat orang pemuka Quraisy masing-masing memegang sudut serban dan mengangkat secara bersama-sama ketempat semula dan setelah Hajar Aswad berada di dekat tempatnya, barulah Nabi yang mengangkat dan meletakan Hajar Aswad ditempat semula.
    Subhanallah, inilah contoh sikap bijaksana yang harus dicontoh oleh umat Islam. Karena dengan cara yang dilakukan oleh Nabi tersebut, para pemuka Quraisy merasa ikut berjasa dan tidak ada yang merasa ditinggalkan sehingga dapat terhindar dari sikap permusuhan diantara mereka. Akhirnya mereka sepakat memberikan julukan kepada Nabi Muhammad Saw. sebagai “al-Amiin”, artinya orang yang jujur, benar dan bijaksana.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengertian dan Hukum Jual Beli